GAGASANKALBAR.COM – Di tengah derasnya arus digitalisasi, Kalimantan Barat justru mencatat ironi paling pahit: ratusan anak menjadi korban kekerasan seksual setiap tahun. Dan celakanya, pornografi digital menjadi pintu masuk utama kekerasan itu terjadi. Melihat kondisi ini, DPD IMM Kalimantan Barat melalui kegiatan Digital Detox Community menyatakan: negara, masyarakat, bahkan keluarga telah terlalu lama membiarkan generasi muda berperang sendirian di ruang digital yang brutal.(03/08)

Kegiatan yang digelar pada Minggu, 3 Agustus 2025 di 1/2 Kopitiam ini bukan sekadar diskusi biasa. Forum ini adalah bentuk perlawanan dari generasi muda terhadap kelumpuhan kolektif kita dalam melindungi anak-anak dari paparan pornografi dan kejahatan seksual.
“Kita tidak bisa hanya mengandalkan himbauan moral. Kita butuh sistem yang hadir, kebijakan yang tajam, dan kesadaran publik yang agresif. Anak-anak bukan objek eksploitasi, dan kita harus hentikan ini sekarang juga,” tegas Khold Afani, S.E, Sekretaris Umum DPD IMM Kalbar.
IMM Kalbar menggugat minimnya regulasi dan pengawasan terhadap media sosial, lemahnya literasi digital keluarga, serta sikap permisif banyak institusi terhadap pornografi sebagai “urusan privat”. Sementara itu, kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa akses anak terhadap konten pornografi semakin muda dan semakin brutal, ditambah kehadiran teknologi AI dan grup-grup tertutup yang mempercepat distribusi.
“Bicara soal pornografi bukan lagi tabu. Diam itu justru kriminal. Karena selama kita diam, ada anak yang dilukai hari ini,” ungkap M. Farras Zhafran, S.T, Ketua DPD IMM Kalbar Bidang Sosial Pemberdayaan Masyarakat.
Para narasumber dan penggagas sepakat: tanpa gerakan kolektif, anak-anak akan terus menjadi korban—bukan hanya korban pelaku, tetapi korban dari sistem yang gagal.
IMM Kalbar menyerukan lahirnya komunitas perlawanan digital, tempat anak muda bisa saling edukasi, membangun benteng kesadaran, dan menciptakan ekosistem yang sehat secara psikologis dan spiritual.
IMM Kalbar tidak sedang mencari panggung. Kami sedang membunyikan alarm. Sudah terlalu lama kita diam. Sudah terlalu banyak anak yang dirusak.